BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
2.1.1 Pengertian Persediaan
Persediaan ditunjukan untuk
barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan
dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditunjukan untuk barang dalam
proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi. Karakteristik
dari barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan sangat bervariasi terhadap
jenis kegiatan usaha.
Menurut
Kieso,et.al dalam bukunya “Intermediate
Accounting” definisi persediaan adalah:
“Inventory are
asset items held for sale in the ordinary course of business or goods that will
be used or consumed in the production of goods to be sold.”
(2002:394)
Penjelasan kutipan di atas yaitu:
“Persediaan mencakup barang yang ditunjukan
untuk dijual dalam pelaksanaan normal usaha, serta bahan baku dan perlengkapan yang akan digunakan
dalam proses produksi untuk penjualan.”
Menurut
Sutrisno dalam bukunya “Manajemen Keuangan. Teori Konsep dan Aplikasi menyatakan
bahwa:
“Persediaan adalah sejumlah barang atau bahan yang
dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual atau diolah kembali”.
(2003:93)
Dalam
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam SAK paragraf 03 persediaan dalam aktiva:
a)
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
b)
Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan;
c)
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa.
(2004:14.1)
Oleh karena itu maka persediaan adalah suatu asset yang
penting yang harus selalu ada dalam perusahaan, karena persediaan merupakan
salah satu bagian yang penting dalam menjalankan kegiatan usaha normal
perusahaan.
2.1.2
Akuntansi Persediaan
Menurut Stice,et.al dalam
bukunya “Intermediate Akuntansi” yang diterjemahkan oleh Safrida Rumondang dan Ahmad
Maulana bahwa:
“Tujuan pokok akuntansi terhadap
persediaan adalah:
1.
Penentuan laba rugi periodik (income
determination), yaitu melalui proses mempertemukan antara harga pokok
barang yang dijual dengan hasil penjualan dalam periode akuntansi yang bersangkutan.
2.
Penentuan jumlah persediaan yang akan disajikan dalam neraca. Dalam
hal ini di samping adanya penggolongan persediaan sesuai dengan jenisnya, juga
sangat penting artinya masalah penilaian (inventory
valuation) terhadap persediaan itu sendiri”.
(2004:687)
Konsep
penting akuntansi persediaan adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan
diperoleh atau dibuat pada periode terjualnya, maka harga pokok penjualan akan
sama dengan biaya pembelin atau pembuatan barang. Namun jika persediaan tersisa
pada akhir periode akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana yang
telah terjual dan biaya mana yang tersisa pada neraca.
Masalah
penilaian persediaan ini dianggap penting, karena secara langsung akibat
penilaian terhadap persediaan akan mempengaruhi kedua laporan keuangan baik
laporan laba rugi maupun neraca. Besarnya laba rugi dalam suatu periode
akuntansi ikut serta ditentukan oleh jumlah persediaan akhir yang akan
disajikan dalam neraca pada akhir tahun buku yang bersangkutan, sedangkan
jumlah persediaan akhir itu sendiri ditentukan oleh faktor kuantitas barang
yang brsangkutan dan faktor harganya.
2.1.3
Penggolongan Persediaan
Penggolongan persediaan tergantung pada karakteristik perusahaan
itu, sendiri yaitu apakah perusahaan
dagang atau perusahaan industri.
Menurut Ikatan Akuntasi
Indonesia (IAI) dalam SAK paragraf 04 menyatakan bahwa:
“Persediaan
meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang
dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan
properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi
yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam
proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti
diuraikan dalam paragraf 15, di mana pendapatan yang bersangkutan belum diakui
perusahaan (Lihat PSAK No. 23 tentang pendapatan).”
(2004:14.2)
Bagi perusahan dagang yang usahanya adalah membeli dan menjual
kembali barang-barang, persediaanya meliputi semua barang yang dimiliki oleh
perusahaan dan siap untuk dijual kepada pelanggan. Dengan kata lain, perusahaan
membeli barang dengan tujuan untuk dijual kembali. Persediaan dalam perusahaan
dagang disebut persediaan barang dagangan (merchandise
inventory). Sedangkan dalam perusahaan industri (manufaktur), perusahaan memproduksi barang untuk dijual, baik
kepada perusahaan dagang (distributor),
pedagang eceran (retailer) atau
langsung kepada masyarakat. Biasanya persediaan dalam perusahaan industri (manufaktur), terdiri dari:
a) Persediaan Bahan baku
(Raw Materials Inventory)
Persediaan bahan baku adalah barang-barang
yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi.
b)
Persediaan Barang Dalam
Proses (Work in Process Inventory)
Persediaan barang dalam
proses terdiri dari bahan-bahan yang telah diproses namun masih membutuhkan
pengerjaaan lebih lanjut sebelum dapat dijual.
c)
Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Inventory)
Persediaan barang jadi
adalah barang-barang yang sudah selesai diproduksi dan menunggu untuk dijual.
2.1.4 Pengukuran Persediaan
Tujuan pengukuran persediaan adalah:
1. Usaha untuk membandingkan biaya dengan pendapatan yang berkaitan
dengannya dalam rangka menghitung laba menurut struktur akuntansi tradisional.
Penekanan pada perhitungan laba yang didasarkan pada pelaporan pendapatan pada
saat penjualan ini memerlukan adanya lokasi biaya atau basis lainnya terhadap
periode penjualan barang.
2. Menyajikan nilai barang adalah perusahaan. Nilai ini diasumsikan
sebagai selisih bersih antara nilai perusahaan yang memiliki suatu aktiva
tertentu dibandingkan dengan nilai perusahaan yang tidak memiliki barang
tersebut.
3. Menyajikan informasi mengenai persediaan yang akan membantu para
investor serta pemakai lainnya untuk memperdiksi arus kas di masa mendatang.
Menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam SAK paragaraf 05 menyatakan bahwa :
“Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai
realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value).”
(2004;14.2)
Nilai
realisasi bersih adalah taksiran haraga penjulan dalam kegitan usah normal
dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penjualan.
Menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam SAK paragraf 06-07 menyatakan bahwa:
“Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul
sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location
and condition).”
“Biaya
pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor
pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa.
Diskon dagang (trade discount), rabat dan poin lain yang serupa dikurangkan dalam menetukan biaya
pembelian.”
(2004:14.2)
Menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam SAK paragraf 09 menyatakan bahwa:
“Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi dan variabel yang
dialokasikan secara sistematis yang terjadi dalam konversi bahan menjadi barang
jadi.”
(2004:14.3)
Menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam SAK paragraf 12 menyatakan bahwa:
“Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan
sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk
dijual atau dipakai.”
(2004:14.4)
Dari
penjelasan-penjelasan yang didapat dari SAK di atas, maka biaya persediaan
harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul
sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau
dipakai (present location and condition).
2.1.5
Sistem Pencatatan Persediaan
Ada dua sistem pencatatan persediaan yang dapat digunakan oleh
perusahaan menurut Donald E Kieso dan Jerry
J Weygandt dalam bukunya “Intermediate
Accounting” yaitu:
a)
“Sistem Persediaan Perpetual (Perpetual
Inventory System)
b)
Sistem Persediaan periodik (Periodik
Inventory System).”
(2001:405)
Adapun
penjelasan sistem pencatatan persediaan di atas adalah sebagai berikut :
a)
Sistem Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System)
Dalam
sistem perpetual, perkiraan persediaan akan diperbaharui terus menerus, karena
semua pembelian dan penjualan barang yang terjadi dicatat secara langsung ke
perkiraan persediaan barang. Jadi jumlah fisik dan nilai persediaan dapat
diketahui setiap saat. Selain itu, system perpetual juga menyediakan catatan
tentang harga pokok penjualan (Cost of
goods sold), yang muncul bila terjadi penjualan barang. Saldo perkiraan di
akhir periode menunjukkan jumlah persediaan akhir.
b)
Sistem Persediaan Periodik (Periodic Inventory System)
Dalam sistem periodik, perkiraan persediaan tidak
mengalami perubahan. Saat terjadi
pembelian barang, dicatat pada perkiraan pembelian
(purchases). Saldo yang ada pada
persediaan hanyalah jumlah persediaan
pada awal periode. Pada akhir periode, total pembelian ditambahkan dengan persediaan awal sehingga didapat jumlah
barang tersedia untuk dijual (total cost of goods available for sale).
Persediaan akhir diketahui dengan
cara perhitungan fisik, kemudian jumlah barang yang
tersedia untuk dijual kembali (total cost
of goods available for sale) ini
dikurangkan dengan persediaan akhir sehingga didapat harga pokok penjualan (COGS).
Berikut ini adalah contoh jurnal
pencatatan persediaan menurut sistem perpetual dan sistem periodik:
Tabel 2.1
General
Journal
|
No
|
Description
|
Ref
|
Debit
|
Credit
|
|
1
|
Purchases Journal
Sistem Perpetual:
Inventory
Cash/Account Payable
Sistem Periodik:
Purchases
Cash/Account Payable
|
|
xxx
xxx
|
xxx
xxx
|
|
2
|
Sales Journal
Sistem Perpetual:
Account
Receivable
COGS
Sales
Inventory
Sistem Periodik:
Account
Receivable
Sales
|
|
xxx
xxx
xxx
|
xxx
xxx
xxx
|
|
3
|
End of period entries
journal
Sistem Perpetual:
No entry
necessary
Sistem periodik:
Inventory
(ending)
COGS
Purchases
Inventory (beginning)
|
|
xxx
xxx
|
xxx
xxx
|
2.1.6
Metode Penilaian Persediaan
Jika barang-barang yang sama dibeli selama satu periode akuntansi
dengan harga pokok yang berbeda-beda, maka timbul masalah mengenai harga pokok
mana yang akan digunakan untuk menilai persediaan akhir dan harga pokok mana
yang akan dipakai untuk barang-barang yang telah dijual.
Menurut Stice,et.al dalam bukunya “Intermediate
Akuntansi” menyatakan bahwa:
terdapat beberapa metode penilaian persediaan , yaitu:
1. ”Metode Harga Pokok Rata-rata (Average Cost Method)
2.
Metode First-In, First-Out (FIFO
Method)
3.
Metode Last-In, First-Out (LIFO
Method)”.
(2004:682)
Di mana
pada ketiga metode ini akan menghasilkan penilaian persediaan akhir dan harga
pokok yang berbeda-beda.
2.1.6.1
Metode Harga Pokok Rata-rata (Average
Cost Method)
Menurut metode ini, persediaan dinilai atas dasar harga pokok
rata-rata yang berlaku dalam proses akuntansi yang bersangkutan. Metode ini
tergantung pada sistem pencatatan persediaan yang digunakan. Jika sistem
pencatatan persediannya periodik, digunakan metode Harga Pokok Rata-rata
Tertimbang (Weighted Average Method), sedangkan
jika sistem pencatatan persediaannya perpetual, maka digunakan metode Harga
Pokok Rata-rata Bergerak (Moving Average
Method).
Metode Harga Pokok Rata-rata ini (Average Cost Method ) banyak digunakan, karena mudah untuk
dilaksanakan, objektif dan tidak memberi peluang terjadinya manipulasi laba.
Berikut
ini adalah contoh transaksi persediaan yang di Call-Mart Inc. Selama sebulan. Diasumsikan
persediaan Call-Mart Inc. sebanyak 6.000 unit pada akhir periode:
Tabel 2.2
Transaksi Selama Bulan Maret
|
Date Purchases Sold or Issueed Balance
|
|
March 2 (2,000 @ $
4.00) 2,000
March 15 (6,000 @ $ 4.40)
8,000
March 19 4,000 unit 4,000
March 30 (2,000 @ $ 4.75)
6,000
|
Sumber : Donald
E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley
and Sons Inc, 2001), hal. 406.
1)
Weighted Average Method (Periodic Inventory)
Dengan metode ini, Harga Pokok Rata-rata dihitung
dari jumlah unit dan harga pokok persediaan yang tersedia dijual. Berikut adalah contoh perhitungan persediaan Call-Mart Inc. menurut weighted average method- periodik inventory :
Tabel 2.3
Weighted
Average Method-Periodic Inventory
|
Date
of Invoice
No.Units Unit
Cost Total Cost
|
||||||||
|
March 2 2,000 $ 4.00 $ 8,000
March
15 6,000 4.40 26,400
March 30 2,000 4.75 9,500
Total goods inventory 10,000 $ 43,900
10,000
Inventory
in units
6,000 units
Ending
inventory
6,000 X $ 4.39 = $ 26,340
Cost of
goods available for sale $ 43,900
Deduct: Ending inventory $ 26,340
|
Sumber : Donald
E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley
and Sons Inc, 2001), hal. 407.
2)
Moving Average Method (Perpetual Method)
Dengan
metode ini, Harga Pokok rata-rata per satuan dihitung setiap kali terjadi
pembelian dengan harga berbeda dari harga pokok rata-rata sebelumnya. Berikut
ini adalah contoh perhitungan persediaan Call-Mart Inc. menurut weighted average method-perpetual inventory :
Tabel 2.4
Moving Average Method-Perpetual Inventory
|
Date
|
Purchases
|
Sold or Issueed
|
Balance
|
||||||
|
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
|
2-Mar
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
|
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
15-Mar
|
6,000
|
$4.40
|
$26,400
|
|
|
|
6,000
|
$4.40
|
$26,400
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8,000
|
$4.30
|
$34,400
|
|
19-Mar
|
|
|
|
4,000
|
$4.30
|
$17,200
|
4,000
|
$4.30
|
$17,200
|
|
30-Mar
|
2,000
|
$4.75
|
$9,500
|
|
|
|
4,000
|
$4.30
|
$17,200
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,000
|
$4.75
|
$9,500
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6,000
|
$4.45
|
$26,700
|
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt,
“Intermediate Accounting”, (USA:
John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 407.
Keterangan: Tanggal 15 Maret setelah membeli
6,000 unit seharga $ 26,400, maka jumlah persediaan yang ada menjadi 8,000 unit,
dengan persediaan = $ 34,400. Harga
Pokok Rata-rata yang baru = $ 4.30 diperoleh dengan membagi $ 34,400 (nilai
persediaan) dengan 8,000 unit (jumlah persediaan).
2.1.6.2
Metode First-In, First-Out
(FIFO Method)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang
pertama kali dibeli atau diproduksi akan dijual atau digunakan terlebih dahulu,
sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah barang-barang yang
dibeli atau diproduksi terakhir.
Metode FIFO banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan,
karena:
1. Perhitungan dan pelaksanaan sederhana.
2. Nilai persediaan akhir pada neraca sesuai dengan harga yang berlaku
sekarang.
3. Dapat menghindari kerusakan dan keusangan persediaan.
Tetapi, metode FIFO
juga mempunyai kelemahan. Kelemahan ini terlihat jika
terjadi inflasi. Dengan adanya inflasi maka harga barang-barang cenderung
meningkat sepanjang waktu, karena biaya yang dibebankan
pada harga pokok barang tersebut merupakan biaya dari barang yang dibeli
pertama kali sehingga Cost of goods sold-nya
terlalu rendah (understated), maka
laba yang dilaporkan terlalu tinggi (overstated).
Akibatnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan menjadi tinggi.
Beberapa perusahaan menyukai metode FIFO untuk tujuan
pelaporan keuangan (Financial Reporting
Purpose), sebab tujuan mereka adalah melaporkan laba setinggi mungkin.
Berikut ini adalah contoh perhitungan persediaan menurut metode FIFO:
a)
Diasumsikan bahwa Call-Mart Inc. menggunakan
sistem periodik
Tabel 2.5
FIFO Method- Periodic Inventory
|
Date
No.Units Unit Cost Total Cost
|
|||
|
March 30 2,000 $ 4.75 $ 9,500
Ending
invntory
6,000
$ 27,100
Cost of goods available for sale $ 43,900
|
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt,
“Intermediate Accounting”, (USA:
John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 408.
b) Disumsikan bahw Call-Mart Inc. menggunakan sistem perpetual
Jika menggunakan sistem perpetual, maka
setiap kali barang dibeli atau dijual
harus segera ditentukan dan dicatat.
Tabel 2.6
FIFO Method-Perpetual Inventory
|
Date
|
Purchases
|
Sold or Issueed
|
Balance
|
||||||
|
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
|
2-Mar
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
|
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
15-Mar
|
6,000
|
$4.40
|
$26,400
|
|
|
|
6,000
|
$4.40
|
$26,400
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8,000
|
|
$42,400
|
|
19-Mar
|
|
|
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,000
|
$4.40
|
$8,800
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4,000
|
|
$16,800
|
4,000
|
$4.40
|
$17,600
|
|
30-Mar
|
2,000
|
$4.75
|
$9,500
|
|
|
|
4,000
|
$4.40
|
$17,600
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,000
|
$4.75
|
$9,500
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6,000
|
|
$27,100
|
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt,
“Intermediate Accounting”, (USA:
John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 408.
Dari tabel di atas, maka
dapat diketahui:
Ending Inventory $ 27,100
Cost of goods sold $ 16,800 [ (2,000 @ $ 4.00) +
(2,000 @ $ 4.40)]
Jika menggunakan metode FIFO, walaupun sistem
pencatatannya berbeda (periodik atau perpetual), nilai ending inventory dan cost of
goods sold pada akhir periode akan sama besar jumlahnya.
2.1.6.3
Metod Last-In, First-Out (LIFO
Method)
Metode LIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang
terakhir dibeli atau diproduksi akan dijual atau digunakan terlebih dahulu,
sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah barang-barang yang
dibeli atau diproduksi pertama kali.
Metode LIFO ini
mempunyai kelemahan yaitu :
1. Memperkecil laba.
Penerapan harga terbaru terhadap
pendapatan berjalan akan menghasilakn penurunan
laba pada periode inflasi. Akibatnya bila pemakai laporan keuangan tidak paham bahwa laba yang rendah
itu disebabkan penggunaan LIFO,
maka harga pasar saham perusahaan akan memburuk.
2. Saldo persediaan yang tidak realistis pada neraca.
Alokasi biaya persediaan akan dilaporkan lebih rendah. Jika terjadi inflasi, nilai persediaan akan dilaporkan lebih rendah
dari harga pasar atau nilai ganti
periode berjalan.
3. Asumsi arus biaya yang tidak realistis.
Pembebanan harga pokok berdasarkan LIFO
tidak dapat dijadikan alat untuk memperkirakan arus fisik barang dalam
perusahaan. Jarang ditemukan dalam praktek penggunaan atau transfer barang yang
benar-benar sesuai dengan arus LIFO.
Manfaat utama LIFO adalah:
1.
Manfaat pajak
Pengguna LIFO dapat memberikan penangguhan
sementara atas permanen atas
pajak penghasilan sehingga memungkinkan penghematan kas sepanjang tingkat harga terus meningkat dan kuantitas
persediaan tidak menurun. Dengan
penghematan kas perusahaan dapat melunasi pinjaman, menurunkan biaya bunga atau berinventasi guna memperoleh
pendapatan.
2. Pengukuran laba yang lebih baik karena LIFO mengalokasikan gambaran
laba yang cenderung hanya melaporkan laba operasi dan menangguhkan pengakuan
keuntungan pemilikan persediaan sampai harga atau kuantitas menurun. Laba inflasi yang menyesatkan cenderung
tidak tampak sebagai bagian laba bersih bila metode LIFO digunakan.
Berikut ini adalah contoh perhitungn prsediaan menurut metode LIFO:
a) Diasumsikan bahw Call-Mart Inc.
menggunakan sistem periodik
Tabel 2.7
LIFO Method-Periodic Inventory
|
Date
No.Units Unit Cost Total Cost
|
|
March 2 2,000 $ 4.00 $ 8,000
Cost of goods available for sale $ 43,900
Deduct:
Ending inventory $ 26,300
|
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt,
“Intermediate Accounting”, (USA:
John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 409.
b) Diasumsikan bahw Call-Mart Inc. menggunakan sistem perpetual.
Jika menggunakan sistem perpetual setiap kali
barang dijual atau dikeluarkan harus segera ditentukan dan dicatat.
Tabel 2.8
LIFO Method-Perpetual Inventory
|
Date
|
Purchases
|
Sold or Issueed
|
Balance
|
||||||
|
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
Quantity
|
Price
|
Total
|
|
2-Mar
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
|
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
15-Mar
|
6,000
|
$4.40
|
$26,400
|
|
|
|
6,000
|
$4.40
|
$26,400
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8,000
|
$4.40
|
$42,400
|
|
19-Mar
|
|
|
|
4,000
|
$4.40
|
$17,600
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,000
|
$4.40
|
$8,800
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4,000
|
|
$16,800
|
|
30-Mar
|
2,000
|
$4.75
|
$9,500
|
|
|
|
2,000
|
$4.00
|
$8,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,000
|
$4.40
|
$8,800
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,000
|
$4.75
|
$9,500
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6,000
|
|
$26,300
|
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt,
“Intermediate Accounting”, (USA:
John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 409.
2.1.7
Perbandingan Dari Semua Metode Penilaian Persediaan
Menurut
Stice,et.al dalam bukunya “Intermediate Akuntansi” yang diterjemahkan
oleh Safrida Rumondang dan Ahmad Maulana bahwa jumlah harga pokok barang yang
dijual dan persediaan akhir merupakan perbandingan dari semua metode yang
digunakan adalah :
a)
“Perbandingan konsep
b)
Perbandingan yang mempengaruhi laporan keuangan”
(2004:684)
Adapun
penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
a) Perbandingan konsep
Dari titik pandang konsep, LIFO memberikan
gambaran yang lebih baik untuk harga
pokok barang yang dijual dalam laporan laba rugi dari pada FIFO, karena barang-barang yang baru
(terakhir) dengan biaya yang baru dibebankan
ke penjualan karenanya harga pokok barang yang dijual secara LIFO dipadukan pendapatan kini
dengan biaya kini. Harga Pokok Rata- rata
ada di antara LIFO dan FIFO akan tetapi pada neraca FIFO memberikan pengukuran yang lebih baik
dari nilai persediaan karena dengan
pembebanan FIFO, unit yang “pertama” dijual dan unit yang sisa yang masih baru dengan harga yang
terkini. Kesimpulan LIFO memberikan
konsep pengikutan yang baik untuk pendapatan, tetapi FIFO memberikan konsep pengukuran lebih baik
untuk nilai persediaan pada neraca.
b) Perbandingan yang mempengaruhi laporan keuangan
Pada waktu
harga persediaan naik, harga pokok barang dijual lebih tinggi dengan LIFO, dan lebih rendah dengan FIFO. Sebagai hasil margin kotor, laba
dan persediaan lebih rendah dengan LIFO dan lebih tinggi dengan FIFO. Perusahaan akan menggunakan
LIFO (selama Inflasi) karena pengaruh
angka-angka dalam laporan keuangan yang tidak baik. Daya tarik LIFO dapat dijelaskan dengan satu
kata “pajak”, jika suatu perusahaan
menggunakan LIFO pada saat harga naik, harga pokok barang yang dijual dilaporkan lebih tinggi, pendapatan
yang kena pajak dilaporkan rendah
sehingga harga yang dibayar untuk pajak pendapatan rendah.
2.1.8
Perubahan Metode Penilaian Persediaan
Metode penilaian persediaan apapun yang dipilih oleh
perusahaan, harga digunakan secara konsisten dari satu periode akuntansi ke
periode akuntansi berikutnya. Jika suatu perusahaan menggunakan metode FIFO
dalam satu tahun pertama, lalu pada tahun berikutnya menggunakan LIFO, maka hal
itu akan dapat menyebabkan dari dua tahun tersebut sulit untuk dibandingkan.
Walaupun penggunaan yang konsisten lebih disukai, tidak
berarti suatu perusahaan tidak boleh mengubah metode penilaian persediaannya.
Jika suatu perusahaan ingin mengubah metode penilaian persediaannya, maka
alasan perubahan dan dampak dari satu perubahan tersebut pada laba (net income), harus diungkapkan secara
jelas dalam laporan keuangan.
2.2
Laba
Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan untuk mendapatkan
laba yang optimal, karena dengan adanya laba maka manajemen dapat memprediksi,
apakah perusahaan tersebut akan terus berjalan atau justru harus berhenti.
2.2.1 Pengertian Laba
Laba merupakan selisih lebih pendapatan dikurangi beban-beban yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Laba biasanya dinyatakan
dalam satuan uang. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat
laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada
umumnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba merupakan
fakta yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.
Mengenai pengertian laba itu sendiri, banyak orang
memberikan pendapat yang berbeda, untuk lebih jelasnya penulis mengutip
beberapa pengertian laba menurut para ahli ekonomi:
Pengertian laba menurut
Soemarso, SR dalam bukunya “Akuntansi Suatu Pengantar” adalah sebagai berikut:
“Laba adalah
selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha.”
(2005:230)
Sedangkan pengertian laba
menurut Theodorus M.Tuanakotta dlam bukunya “Teori Akuntansi” adalah sebagai
berikut:
“Gain (laba) merupakan favorable (asset
yang terima) yang tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan usha yang normal.”
(2002:176)
Menurut Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyatakan bahwa:
“Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendaptan (revenue) maupun
keuntungan (gains). Pendapatan timbul
dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa dikenal dengan sebutan yang berbeda sepeti penjualan, penghasilan jasa, bunga,
royalty dan sewa. Keuntungan
mencerminkan pos lainnya yang memenuhi defenisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan
yang biasa. Keuntungan mencerminkan
kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada
hakekatnya tidak berbeda dengan pendapatan.”
(2004:23.1)
Dari beberapa pengertian laba di atas dapat disimpulkan
bahwa laba merupakan suatu kelebihan pendapatan yang layak diterima oleh
perusahaan, karena perusahaan yang bersangkutan telah melakukan pengorbanan
untuk pihak lain. Faktor utama dalam menentukan besar kecilnya laba adalah
pendapatan dan beban. Besar kecilnya laba merupakan indikator dalam berhasil
atau tidaknya manajemen dalam mengelola manajemen perusahaan.
2.2.2
Jenis-jenis laba
Laba yang merupakan tujuan dari perusahaan mempunyai beberapa jenis
seperti yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Theodorus M. Tuanakotta dalam
bukunya “Teori Akuntansi” mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya
dengan perhitungan laba, yaitu:
1.
“Laba kotor
2.
Laba dari operasi
3.
Laba bersih operasi.”
(2002:157)
Adapun penjelasan jenis-jenis laba di atas adalah sebagi
berikut:
1.
Laba kotor
Laba kotor adalah perbedaan antara
pendapaan bersih dan penjualan dengan
harga pokok penjualan.
2. Laba dari operasi
Laba dari operasi adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasi.
3. Laba bersih operasi
Laba bersih adalah angka
terakhir dalam perhitungan laba rugi di mana untuk
mencerminkan laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain.
Pembagian laba ini dilakukan
untuk mempermudah perusahaan dalm menganalisa keadaan keuangan perusahaan yang
berkaitan dengan dana yang telah didapatkan serta dana yang telah dikeluarkan.
2.2.3
Pengklasifikasian Laba
Dalam menyajikan laporan keuangan akan terlihat
pengklasifikasian dalam penetapan pengukuran laba. Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya ”Intermediate
Accounting” menyatakan bahwa pengklasifikasian laba adalah sebagai berikut:
1. ”Laba kotor atas penjualan,
2. Laba bersih operasi perusahaan.
3. Laba bersih sebelum potongan pajak (EBIT
4. Laba bersih sesudah potongan pajak (EAT)”.
(2000:34)
Adapun penjelasan pengklasifikasian di atas adalah
sebagai berikut:
1. ”Laba kotor atas penjualan, merupakan
selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan
laba kotor hasil penjualan bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya
untuk periode tertentu.
2. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba
kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.
3. Laba bersih sebelum potongan pajak (EBIT), merupakan pendapatan perusahaan
secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yaitu perolehan apabila
laba operasi dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya
lain-lain.
4. Laba bersih sesudah potongan pajak (EAT), yaitu laba bersih setelah pajak
yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya
non operasi dan dikurangi dengan pajak perseroan.”
2.2.4
Pengukuran Laba
Menurut
Stice,et.al dalam bukunya “Intermediate Akuntansi” yang diterjemahkan
oleh Safrida Rumondang dan Ahmad Maulana bahwa:
“Pengakuan, pengukuran dan pelaporan (penyajian) laba
usaha dan komponennya dipandang banyak orang sebagai tugas akuntan yang paling
penting”.
(2004:228)
Oleh karena itu alasan pengukuran laba adalah:
1. Laba merupakan dasar perhitungan pajak dan pendistribusian kembali
kekayaan kepada masing-masing individu.
2. Laba dipandang sebagai suatu
pedoman dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan mengenai pembagian deviden
dan program perluasan dan ekspansi.
3. Laba dipandang sebagai suatu pedoman untuk berinventasi dan dalam
pengambilan keputusan.
4. Laba dipergunakan sebagai alat prediksi laba masa yang akan datang.
5.
laba
merupakan alat pengukur efisiensi menajemen dalam mengelola perusahaan.
6.
2.2.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba
Faktor-faktor yang mempengaruhi laba menurut Mulyadi
dalam bukunya ”Akuntansi Manajemen” adalah sebagai berikut:
1.
”Biaya
2.
Harga jual
3.
Volume penjualan dan produksi”.
(2001:153)
Adapun penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
1.
Biaya
Biaya timbul dari perolehan dari atau mengolah
suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
2.
Harga
jual
Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi
besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.
3.
Volume
penjualan dan produksi
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap
volume produksi produk atau jasa selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi
besar kecilnya biaya produksi.
2.2.6
Peranan Laba dalam Perusahaan
Tujuan utama suatu perusahan pada umumnya adalah untuk
mencari laba, walaupun tidak semua bertujuan memaksimalkan laba yang
dihasilkan. Namun dengan laba, perusahaan dapat bertahan hidup. Menurut M.
Nafarin dalam bukunya “Penganggaran Perusahaan” mengemukakan bahwa terdapat
beberapa peranan laba dalam perusahaan yaitu:
1.
“Laba adalah ukuran efisiensi usaha setiap perusahaan, sekaligus
merupakan salah satu kekuatan pokok agar perusahaan dapat bertahan untuk jangka
pendek dan jangka panjang.
2.
Laba adalah balas jasa atas dana yang ditanam perusahaan.
3.
Laba merupakan salah satu sumber dana perluasan usaha.
4.
Laba merupakan daya tarik bagi pihak ketiga yang ingin menanamkan
dananya.
5.
Laba merupakan sumber dana jaminan sosial para karyawan.”
(2000:231)
Selain
peranan laba di atas, laba juga dapat dijadikan indikator keberhasilan
manajemen dalam mengelola perusahaan yang berarti juga menyatakan besarnya
deviden yang akan diterima oleh para pemegang saham.
2.2.7 Bentuk laporan Laba
rugi
Bentuk
laporan Laba rugi yang digunakan menurut
Zaki Baridwan Dalam bukunya “Intermediate Accounting”adalah sebagai
berikut:
1.
Bentuk Single Step, yaitu untuk
menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam
satu kelompok. Sehingga untuk menghitung laba rugi bersih hanya memerlukan satu
langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
Contoh bentuk
laporan laba rugi Single Step:
PT
X
Laporan
Laba Rugi
Periode
31 Desember 200x
Penghasilan lain-lain xxx
Total xxx
Dikurangi:
Harga pokok penjualan xxx
Biaya penjualan xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya lain-lain xxx
Penghasilan Bersih xxx
Gambar
2.1
2.
Bentuk Multiple Step, dalam
bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang
digunakan secara umum.
Contoh Bentuk lapoaran
laba rugi Multiple Step:
PT
X
Laporan
Laba Rugi
Periode
31 Desember 200x
Penjualan retur xxx
Potongan penjualan xxx
Hasil penjualan bersih xxx
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang dagangan awal xxx
Tersedia untuk dijual xxx
Persediaan barang dagangan akhir xxx
Laba bruto xxx
Biaya Usaha:
Biaya penjualan xxx
Laba usaha bersih xxx
Penghasilan dan biaya
lain-lain:
Penghasilan lain-lain xxx
Penghasilan bersih
sebelum pajak xxx
Gambar 2.2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar