Rabu, 21 Desember 2016

D3 MANAJEMEN






BAB I
AKUNTANSI PERSEDIAAN

I.         PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Persediaan (Inventory) adalah elemen atau unsur yang sangat penting dalam perusahaan terutama dalam penentuaan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang ataupun perusahaan manufaktur baik yang berskala kecil maupun berskala besar.
Persediaan yang ada sangat berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang atau pun manufaktur persediaan sering kali merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhaan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, mestipun demikian jumlah dan persentasenya berbeda-beda antara perusahaan satu dengan yang dan oleh karenanya dianggap sebagai aktiva lancar dimana persediaan dicantumkan setelah pos piuang karena aktiva ini terbilang cepat berubah menjadi kas.
Sebagai aktiva lancar jumlah persediaan mempunyai pengaruh langsung terhadap laporan solvensi perusahaan, dalam laporan laba rugi persediaan memegang peranannya sangat vital dalam menentukan hasil operasi perusahaan dalam satu periode akuntansi.

2.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :
a.       Mengetahui definisi persediaan
b.      Mengetahui definisi sistem periodik dan sitem perpektual

3.      Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a.       Setelah diberikan definisi dan pembahasan memberikan wawasan pembaca dan sikap jurusan Manajemen Perusahaan akan dapat menjelaskan dan mengetahui persediaan.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Umum Persediaan
Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.
 Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
 Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.

2.2   Sifat-Sifat Persediaan
Persediaan mempunyai sifat–sifat sebagai berikut :
a.       Persediaan biasanya merupakan sebagai aktiva lancar (Current Asset) karena masa perputarannya hanya kurang atau sama dengan satu tahun saja.
b.      Persediaan merupakan jumlah yang besar terutama untuk perusahaan yang mengelola persediaan dari bahan baku menjadi barang jadi.
c.       Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi bagi perusahaan selain itu juga sangat menentukan perusahaan pada akhir periode akuntansi.


2.3   Jenis-jenis atau Pengelompokan Persediaan
a. Bahan baku
 Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.

b. Barang dalam proses
 Barang dalam proses adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi. Perputaran persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya produksi. Dalam rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa dipercepat. Cara laian adalah dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya sendiri.

c. Barang jadi
 Barang jadi adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual, pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan dengan cara mengubah persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko yang kecil (marginal risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-barang tercatat sebagai persediaan atau sebagai piutang dagang, manajer keuangan harus tetap membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih suka menjualnya (dan tercatat sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk menuju realisasi kas tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup tambahan resiko penagihan piutang.
Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa dalam proses akuntansi persediaan, persediaan memerlukan adanya penilaian (evaluation), karena persediaan merupakan bagian dari cost yang akan dimatch dengan revenue, dan akan menghasilkan income dan penyajian laporan arus kas.
 Dengan melihat sifat-sifat dasar persediaan dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan dan tujuan serta konsep dasar akuntansi, maka persediaan merupakan input values. Metode tersebut merupakan salah astu konsep penilaian terhadap inventory yang akan menjadi dasar dalam penyajian di neraca.
 Penekanan pembahasan tujuan teori akuntansi terhadap inventory, adalah menentukan alternative pedoman untuk mengevaluasi prosedur yang dapat memberikan penilaian (pengukuran) yang lebih baik dan memberikan informasi yang lebih baik tentang arus kas perusahaan dikemudian hari. Beberapa dasar pengukuran inventory dari segi kadar interpretasi dan revaluasi bagi pengambil keputusan investasi.

2.3   Sistem Pencatatan Persediaan
Dalam membantu penyajiaan persediaan agar menjadi lebih teliti dan relevan maka dikembangkanlah beberapa metode pencatatan persediaan dalam membantu manajemen dalam mengelola perusahaan yaitu dua metode pencatatan persediaan yang terdiri dari metode pencatatan persediaan periodik dan metode pencatatan persediaan perpetual.
a.      Sistem Periodik (physical)
Sistem periodik yaitu sistem pencatatan persediaan dimana pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil.
Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang memudahkan pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.


b.      Sistem Permanen (Perpetual)
Sistem pencatatan persediaan secara perpetual yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).
Cakupan persediaan meliputi:
  1. Barang atau perlengkapan untuk operasional
  2. Bahan atau perlengkapan untuk proses produksi
  3. Barang dalam proses produksi
  4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan
Contoh persediaan :

  1. Barang konsumsi
  2. Bahan untuk pemeliharaan
  3. Suku cadang
  4. Persediaan untuk tujuan strategis/ berjaga-jaga
  5. Materai baku
  6. Barang dalam proses/setengah jadi

Jenis Persediaan :
  1. Perusahaan dagang  adalah Persediaan berupa barang yang dibeli  dengan tujuan untuk dijual
  2. Perusahaan manufaktur adalah Bahan baku dan penolong, Barang dalam proses, Barang jadi/produk selesai


Pengakuan persediaan :
  1. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah
  2. Harga Pokok (Cost) Persediaan adalah jumlah semua pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan persediaan tersebut agar dapat dijual.
Masalah Kepemilikan Barang : Barang sudah dicatat sebagai persediaan didasarkan pada hak kepemilikannya. Penentuan perpindahan hak atas barang antara lain timbul dalam keadaan:
  1. Barang dalam perjalanan (Good in Transit)
a.       FOB Shipping Point : hak atas seluruh muatan beralih ke pembeli dengan pada saat pengiriman.
b.      FOB Destination : hak tidak beralih sampai barang diterima oleh pembeli. Ketika barang dalam perjalanan dimasukkan dalam persediaan si penjual,
  1. Barang yang dipisahkan
Apabila melakukan pembelian tetapi pengiriman tidak dilakukan sekaligus maka pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya.
  1. Barang Konsinyasi
Sebelum barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang menitipkan (consignor) dan pihak yang  menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang tersebut sehingga tidak mencatat sebagai persediaan
  1. Barang Angsuran
Hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan melaporkan barang tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya sejumlah yang sudah dibayarkan.

PENGUKURAN PERSEDIAAN
  1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian
= ( Harga Pembelian + Biaya Pengangkutan +  Biaya Penanganan)    (Potongan Harga — Rabat)
  1. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
=  Biaya langsung + Biaya tidak langsung
  1. Nilai wajar apabila apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan
= Nilai tukar aset secara wajar
METODE PENENTUAN HARGA POKOK PERSEDIAAN
  1. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification)
  2. Metode FIFO (First In First Out)
  3. Metode LIFO (Last In First Out)
  4. Metode Rata-Rata (Average)
  5. Metode LCM (Lower of Cost or Market)
  6. Metode Taksiran ; Retail Methode, Gross Profit Methode,
Menurut  Stice,et.al dalam bukunya “Intermediate Akuntansi” menyatakan bahwa:
terdapat beberapa metode penilaian persediaan , yaitu:
1.      Metode Harga Pokok Rata-rata (Average Cost Method)
2.      Metode First-In, First-Out (FIFO Method)
3.      Metode Last-In, First-Out (LIFO Method)”.
(2004:682)
            Di mana pada ketiga metode ini akan menghasilkan penilaian persediaan akhir dan harga pokok yang berbeda-beda.
1.      Metode Harga Pokok Rata-rata (Average Cost Method)
            Menurut metode ini, persediaan dinilai atas dasar harga pokok rata-rata yang berlaku dalam proses akuntansi yang bersangkutan. Metode ini tergantung pada sistem pencatatan persediaan yang digunakan. Jika sistem pencatatan persediannya periodik, digunakan metode Harga Pokok Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Method), sedangkan jika sistem pencatatan persediaannya perpetual, maka digunakan metode Harga Pokok Rata-rata Bergerak (Moving Average Method).
            Metode Harga Pokok Rata-rata ini (Average Cost Method ) banyak digunakan, karena mudah untuk dilaksanakan, objektif dan tidak memberi peluang terjadinya manipulasi laba.
            Berikut ini adalah contoh transaksi persediaan yang di Call-Mart Inc. Selama sebulan. Diasumsikan persediaan Call-Mart Inc. sebanyak 6.000 unit pada akhir periode:
Tabel 2.2
Transaksi Selama Bulan Maret
Date                          Purchases               Sold or Issueed                          Balance
March 2      (2,000 @ $ 4.00)                                                                          2,000
March 15    (6,000 @ $ 4.40)                                                                          8,000
March 19                                                4,000 unit                                         4,000
March 30    (2,000 @ $ 4.75)                                                                          6,000
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 406.
1)      Weighted Average Method (Periodic Inventory)
Dengan metode ini, Harga Pokok Rata-rata dihitung dari jumlah unit dan harga pokok persediaan yang tersedia dijual. Berikut adalah contoh perhitungan persediaan Call-Mart Inc. menurut weighted average method- periodik inventory :



Tabel 2.3
Weighted Average Method-Periodic Inventory
Date of Invoice                   No.Units                Unit Cost                  Total Cost 
March 2                                   2,000                    $  4.00                       $     8,000
March 15                                 6,000                        4.40                            26,400
March 30                                 2,000                        4.75                              9,500






 
Total goods inventory           10,000                                                      $   43,900        
 

Weighted average cost per unit         $ 43,900    =$ 4.39
                                                              10,000

Inventory in units                                  6,000 units
Ending inventory                                   6,000 X $ 4.39 = $ 26,340
                                 
                                    Cost of goods available for sale          $ 43,900
Deduct: Ending inventory                   $ 26,340
Cost of goods sold                               $ 17,560
Sumber :  Donald E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 407.
2)      Moving Average Method (Perpetual Method)
Dengan metode ini, Harga Pokok rata-rata per satuan dihitung setiap kali terjadi pembelian dengan harga berbeda dari harga pokok rata-rata sebelumnya. Berikut ini adalah contoh perhitungan persediaan Call-Mart Inc. menurut weighted average method-perpetual inventory :
Tabel 2.4
Moving Average Method-Perpetual Inventory
Date
Purchases
Sold or Issueed
Balance

Quantity
Price
Total
Quantity
Price
Total
Quantity
Price
Total
2-Mar
2,000
$4.00
$8,000



2,000
$4.00
$8,000
15-Mar
6,000
$4.40
$26,400



6,000
$4.40
$26,400







8,000
$4.30
$34,400
19-Mar



4,000
$4.30
$17,200
4,000
$4.30
$17,200
30-Mar
2,000
$4.75
$9,500



4,000
$4.30
$17,200







2,000
$4.75
$9,500







6,000
$4.45
$26,700
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 407.
Keterangan: Tanggal 15 Maret setelah membeli 6,000 unit seharga $ 26,400, maka jumlah persediaan yang ada menjadi 8,000 unit, dengan persediaan  = $ 34,400. Harga Pokok Rata-rata yang baru = $ 4.30 diperoleh dengan membagi $ 34,400 (nilai persediaan) dengan 8,000 unit (jumlah persediaan).

2.      Metode First-In, First-Out (FIFO Method)
            Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang pertama kali dibeli atau diproduksi akan dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah barang-barang yang dibeli atau diproduksi terakhir.
            Metode FIFO banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan, karena:
1.      Perhitungan dan pelaksanaan sederhana.
2.      Nilai persediaan akhir pada neraca sesuai dengan harga yang berlaku sekarang.
3.      Dapat menghindari kerusakan dan keusangan persediaan.
            Tetapi, metode FIFO juga mempunyai kelemahan. Kelemahan ini terlihat jika terjadi inflasi. Dengan adanya inflasi maka harga barang-barang cenderung meningkat sepanjang waktu, karena biaya yang dibebankan pada harga pokok barang tersebut merupakan biaya dari barang yang dibeli pertama kali sehingga Cost of goods sold-nya terlalu rendah (understated), maka laba yang dilaporkan terlalu tinggi (overstated). Akibatnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan menjadi tinggi.
            Beberapa perusahaan menyukai metode FIFO untuk tujuan pelaporan keuangan (Financial Reporting Purpose), sebab tujuan mereka adalah melaporkan laba setinggi mungkin.
Berikut ini adalah contoh perhitungan persediaan menurut metode FIFO:
a)       Diasumsikan bahwa Call-Mart Inc. menggunakan sistem periodik
Tabel 2.5



FIFO Method- Periodic Inventory
Date                                     No.Units                Unit Cost                  Total Cost 
March 30                                 2,000                    $  4.75                       $     9,500
March 15                                 4,000                        4.40                            17,600


 
Ending invntory                       6,000                                                      $   27,100        
 
 

                                 
                                    Cost of goods available for sale          $ 43,900
Deduct: Ending inventory                   $ 27,100
Cost of goods sold                               $ 16,800
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 408.
b)      Disumsikan bahw Call-Mart Inc. menggunakan sistem perpetual
Jika menggunakan sistem perpetual, maka setiap kali barang dibeli atau dijual harus segera ditentukan dan dicatat.





Tabel 2.6
FIFO Method-Perpetual Inventory
Date
Purchases
Sold or Issueed
Balance

Quantity
Price
Total
Quantity
Price
Total
Quantity
Price
Total
2-Mar
2,000
$4.00
$8,000



2,000
$4.00
$8,000







2,000
$4.00
$8,000
15-Mar
6,000
$4.40
$26,400



6,000
$4.40
$26,400







8,000

$42,400
19-Mar



2,000
$4.00
$8,000







2,000
$4.40
$8,800







4,000

$16,800
4,000
$4.40
$17,600
30-Mar
2,000
$4.75
$9,500



4,000
$4.40
$17,600







2,000
$4.75
$9,500







6,000

$27,100
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 408.
Dari tabel di atas, maka dapat diketahui:
Ending Inventory                     $ 27,100
Cost of goods sold                   $ 16,800 [ (2,000 @ $ 4.00) + (2,000 @ $ 4.40)]
            Jika menggunakan metode FIFO, walaupun sistem pencatatannya berbeda (periodik atau perpetual), nilai ending inventory dan cost of goods sold pada akhir periode akan sama besar jumlahnya.
3.      Metod Last-In, First-Out (LIFO Method)
            Metode LIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang terakhir dibeli atau diproduksi akan dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah barang-barang yang dibeli atau diproduksi pertama kali.
Metode LIFO ini mempunyai kelemahan yaitu :
1.      Memperkecil laba.
      Penerapan harga terbaru terhadap pendapatan berjalan akan menghasilakn penurunan laba pada periode inflasi. Akibatnya bila pemakai laporan    keuangan tidak paham bahwa laba yang rendah itu disebabkan penggunaan           LIFO, maka harga pasar saham perusahaan akan memburuk.
2.      Saldo persediaan yang tidak realistis pada neraca.
            Alokasi biaya persediaan akan dilaporkan lebih rendah. Jika terjadi inflasi, nilai persediaan akan dilaporkan lebih rendah dari harga pasar atau nilai           ganti periode berjalan.
3.      Asumsi arus biaya yang tidak realistis.
      Pembebanan harga pokok berdasarkan LIFO tidak dapat dijadikan alat untuk memperkirakan arus fisik barang dalam perusahaan. Jarang ditemukan dalam praktek penggunaan atau transfer barang yang benar-benar sesuai dengan arus LIFO.
Manfaat utama LIFO adalah:
1.      Manfaat pajak
      Pengguna LIFO dapat memberikan penangguhan sementara atas permanen atas pajak penghasilan sehingga memungkinkan penghematan kas sepanjang tingkat harga terus meningkat dan kuantitas persediaan tidak menurun.
2.      Pengukuran laba yang lebih baik karena LIFO mengalokasikan gambaran laba yang cenderung hanya melaporkan laba operasi dan menangguhkan pengakuan keuntungan pemilikan persediaan sampai harga atau kuantitas menurun. Laba inflasi yang menyesatkan cenderung tidak tampak sebagai bagian laba bersih bila metode LIFO digunakan.
Berikut ini adalah contoh perhitungn prsediaan menurut metode LIFO:
a)      Diasumsikan bahw Call-Mart Inc. menggunakan sistem periodik
Tabel 2.7
LIFO Method-Periodic Inventory
Date                                     No.Units                Unit Cost                  Total Cost 
March 2                                   2,000                    $  4.00                    $        8,000
March 15                                 4,000                        4.40                            17,600

Ending invntory                       6,000                                                      $   25,600        
 

                                  
                                    Cost of goods available for sale          $ 43,900
Deduct: Ending inventory                   $ 26,300
Cost of goods sold                               $ 17,600
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 409.
b)      Diasumsikan bahw Call-Mart Inc. menggunakan sistem perpetual.
Jika menggunakan sistem perpetual setiap kali barang dijual atau dikeluarkan harus segera ditentukan dan dicatat.


Tabel 2.8
LIFO Method-Perpetual Inventory
Date
Purchases
Sold or Issueed
Balance

Quantity
Price
Total
Quantity
Price
Total
Quantity
Price
Total
2-Mar
        2,000
$4.00
$8,000



     2,000
$4.00
$8,000







     2,000
$4.00
$8,000
15-Mar
        6,000
$4.40
$26,400



     6,000
$4.40
$26,400







     8,000
$4.40
$42,400
19-Mar



     4,000
$4.40
$17,600
     2,000
$4.00
$8,000







     2,000
$4.40
$8,800







     4,000

$16,800
30-Mar
        2,000
$4.75
$9,500



     2,000
$4.00
$8,000







     2,000
$4.40
$8,800







     2,000
$4.75
$9,500







     6,000

$26,300
Sumber : Donald E Kieso And Jerry J Weygandt, “Intermediate Accounting”, (USA: John Wiley and Sons Inc, 2001), hal. 409.


2.1.6        Perbandingan Dari Semua Metode Penilaian Persediaan
            Menurut  Stice,et.al dalam bukunya “Intermediate Akuntansi” yang diterjemahkan oleh Safrida Rumondang dan Ahmad Maulana bahwa jumlah harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir merupakan perbandingan dari semua metode yang digunakan adalah :
a)      “Perbandingan konsep
b)     Perbandingan yang mempengaruhi laporan keuangan”
(2004:684)
Adapun penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
a)      Perbandingan konsep
            Dari titik pandang konsep, LIFO memberikan gambaran yang lebih baik     untuk harga pokok barang yang dijual dalam laporan laba rugi dari pada FIFO, karena barang-barang yang baru (terakhir) dengan biaya yang baru dibebankan ke penjualan karenanya harga pokok barang yang dijual secara             LIFO dipadukan pendapatan kini dengan biaya kini. Harga Pokok Rata-rata ada di antara LIFO dan FIFO akan tetapi pada neraca FIFO             memberikan pengukuran yang lebih baik dari nilai persediaan karena dengan pembebanan FIFO, unit yang “pertama” dijual dan unit yang sisa yang masih baru dengan harga yang terkini. Kesimpulan LIFO memberikan konsep pengikutan yang baik untuk pendapatan, tetapi FIFO           memberikan konsep pengukuran lebih baik untuk nilai persediaan pada   neraca.
b)        Perbandingan yang mempengaruhi laporan keuangan
            Pada waktu harga persediaan naik, harga pokok barang dijual lebih tinggi   dengan LIFO, dan lebih rendah dengan FIFO. Sebagai hasil margin kotor,     laba dan persediaan lebih rendah dengan LIFO dan lebih tinggi dengan             FIFO. Perusahaan akan menggunakan LIFO (selama Inflasi) karena            pengaruh angka-angka dalam laporan keuangan yang tidak baik. Daya tarik LIFO dapat dijelaskan dengan satu kata “pajak”, jika suatu             perusahaan menggunakan LIFO pada saat harga naik, harga pokok barang yang dijual dilaporkan lebih tinggi, pendapatan yang kena pajak dilaporkan rendah sehingga harga yang dibayar untuk pajak pendapatan             rendah.

BAB III PENUTUP
Kesimpulan
            Persediaan ( inventory ) , adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada waktu tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Metode yang digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu : Metode Periodik dan Metode Perpetual. Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodic. Berdasarkan system ini persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan. Perhitungan fisik persediaan di lakukan secara periodik. Dalam system ini pencatatan terhadap mutasi persediaan pada akhir periode harus dilakukan untuk dapat menentukan fisik pesediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dapat dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan.
            Yang kedua, system perpetual, pencatatan terhadap mutasi persediaan slalu di ikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan.
lV. DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Adeng. 2004. Civic Education. Bandung : Benang Merah Press.

           
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar